#GOOD FRIDAY
Roma 5:6-8
Karena waktu
kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu
yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak
mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang
yang baik ada orang yang berani mati --.
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Jumat Agung (Good Friday) adalah kisah cinta.
Ini adalah kisah tentang
bagaimana Allah mengasihi kita, mencintai kita, sampai DIA rela mengorbankan
anak-Nya yang tunggal untuk kita.
Apa yang Allah lakukan dalam
mengasihi kita adalah MENJADI STANDAR untuk kita mengasihi
sesama kita dengan tulus.
Dalam hal apa kita bisa menilai apakah kasih seseorang tulus
atau tidak? Yaitu, dari apakah seseorang
tersebut bersedia berkorban atau tidak untuk orang yang ia kasihi.
Jika ada seorang pribadi yang
menyatakan mengasihi kita, tetapi ia melakukannya hanya senyamannya atau
sesempatnya, dan dia tidak bersedia berkorban;
= Maka ketulusan kasihnya
dapat diragukan.
Sebab kasih tanpa pengorbanan adalah bukan kasih yang sejati.
Kasih yang penuh pengorbanan
dari Allah tidaklah dimulai dari peristiwa salib, melainkan sudah dimulai sejak
bagaimana:
Allah Mengasihi Walau Kita Tidak Layak Dikasihi
Mengasihi kepada orang yang
mengasihi kita itu gampang.
Mengasihi kepada orang yang
baik dan ramah kepada kita? Itu tidak sulit!
Tetapi untuk bisa mengasihi
orang yang menurut kita sendiri, tidak layak untuk dikasihi? Apakah mudah?
Sebagai contoh, apakah mudah
untuk mengasihi seseorang yang:
· Orang yang Tidak tahu diri: tidak tahu
menghargai atau tidak tahu berterima
kasih
· Orang yang Berlaku Jahat
· Orang yang egois
Namun, tunggu sebentar. Bukankah sebagai manusia yang tidak
sempurna, seringkali kita juga berlaku seperti itu kepada Tuhan?
Perhatikan ini:
Tuhan tidak pernah menunggu kita sempurna dulu, baru kemudian mengasihi kita.
Sebab jika menunggu kita
layak, sesungguhnya kita tidak pernah layak.
= Untuk datang mengasihi
Tuhan? Kita tidak akan pernah layak!
= Untuk melayani Tuhan? Kita tidak akan pernah layak!
Namun kasih-Nya Tuhan yang
menerima kita sejak awal, itulah yang melayakkan kita.
Respons kita:
#1 Meneladani DIA
1 Yohanes 4:10-11
Saudara-saudaraku yang
kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga
saling mengasihi. Tidak ada seorang pun
yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam
kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
Pada hari ini: Tuhan memang
tidak kelihatan, tetapi gereja Tuhan dan sesama orang percaya itu kita bisa
kelihatan.
Kasihilah gereja Tuhan dan
sesama anak Tuhan, itulah cara kita meneladani Tuhan yang mengasihi kita
#2 Memberi yang Terbaik kepada DIA
Perhatikan ini dengan sungguh:
Tuhan bukannya tidak punya
pilihan lain untuk kita yang berdosa.
= Tuhan dapat memilih untuk
membenci kita dan menghukum kita.
Tuhan sesungguhnya tidak
pernah memiliki kewajiban atau keharusan untuk mengampuni dan mengasihi kita.
Namun, Tuhan tahu bahwa salib
adalah pemberian yang terbaik yang dapat DIA berikan kepada kita, karena IA
mengasihi kita dengan sungguh.
Melihat salib selalu dapat
membuat kita sadar bahwa Allah tidak pernah sekedar memberi kepada kita
pemberian yang biasa-biasa saja.
Kalau Tuhan
terus memberi kepada yang terbaik,
Bagaimana dengan
pemberian kita sendiri kepada Tuhan?
Apakah kita juga sudah memberi
yang terbaik kepada Tuhan?
(Waktu // Dana // Tenaga)
Ibadah Minggu? Dengan berkorban atau sesempatnya?
Pelayanan? Dengan berkorban
atau sesuai moodnya aja?
Persembahan? Dengan berkorban
atau seadanya?
Setiap
hari dalam hidup kita, sesungguhnya adalah Lebih mudah untuk:
· Menyerah kepada ego kita. Betul?
· Menuntut dilayani daripada melayani sesama kita. Betul?
· Tetap membenci, daripada mengampuni. Betul?
· Mengandalkan manusia yang keliatan, daripada percaya
Allah yang tidak keliatan. Betul?
Tetapi kalau kita sungguh mau
memberi hidup kita kepada Tuhan?
KALAU tanpa mau berkorban,
kita tidak akan pernah bisa untuk memberi seluruh hidup kita kepada Tuhan.
Untuk
menyenangkan DIA, memuliakan Tuhan setiap hari; semua ini hanya bisa kita
lakukan kalau kita mau berkorban.
Berat ya? Hidup harus berkorban? Apakah betul berat?
Meski dunia terus memberi kita
pengertian bahwa pengorbanan adalah sesuatu yang memberatkan atau bahkan
merugikan kita.
Namun, ini kebenaran Tuhan
buat kita:
Mengasihi sampai berkorban, sesungguhnya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang menjadi beban.
Kita malah akan merasa
berbahagia dan bersukacita menjalaninya.
Sama seperti kasih orangtua
kepada anak, wah banyak pengorbanan yang harus kita jalani dalam mengasihi anak
kita.
= Namun, bukankah kita tidak
pernah merasa itu menjadi beban, malah merasa menjalani semuanya membahagiakan
kita.
Demikian juga kasih Bapa
kepada kita:
Pengorbanan demi pengorbanan,
terutama puncaknya di salib, Tuhan jalani bagi kita.
Karena itu, sekali lagi, mari
inilah respons kita:
+ Mari kita juga meneladani kasih Tuhan yang berkorban
kepada kita,
= dengan mengasihi gereja
Tuhan yang kelihatan,
= dengan mengasihi sesama anak
Tuhan yang kelihatan,
+ dengan memberi yang terbaik kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar