Full width home advertisement

elfsight_widgets_970x90@2x

Post Page Advertisement [Top]

elfsight_widgets_970x250@2x

 #GOOD FRIDAY  

C01

Roma  5:6-8

Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.  Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati --.

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.





 

Jumat Agung (Good Friday) adalah kisah cinta.

 

Ini adalah kisah tentang bagaimana Allah mengasihi kita, mencintai kita, sampai DIA rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk kita.

 

Apa yang Allah lakukan dalam mengasihi kita adalah MENJADI STANDAR untuk kita mengasihi sesama kita dengan tulus.

 

Dalam hal apa kita  bisa menilai apakah kasih seseorang tulus atau tidak?  Yaitu, dari apakah seseorang tersebut bersedia berkorban atau tidak untuk orang yang ia kasihi.

 

Jika ada seorang pribadi yang menyatakan mengasihi kita, tetapi ia melakukannya hanya senyamannya atau sesempatnya, dan dia tidak bersedia berkorban;

= Maka ketulusan kasihnya dapat diragukan.

 

Sebab kasih tanpa pengorbanan adalah bukan kasih yang sejati.

 

 

Kasih yang penuh pengorbanan dari Allah tidaklah dimulai dari peristiwa salib, melainkan sudah dimulai sejak bagaimana:

 

Allah Mengasihi Walau Kita Tidak Layak Dikasihi

 

Mengasihi kepada orang yang mengasihi kita itu gampang.

Mengasihi kepada orang yang baik dan ramah kepada kita? Itu tidak sulit!

 

Tetapi untuk bisa mengasihi orang yang menurut kita sendiri, tidak layak untuk dikasihi?  Apakah mudah?

 

 

Sebagai contoh, apakah mudah untuk mengasihi seseorang yang:

·   Orang yang Tidak tahu diri: tidak tahu menghargai atau  tidak tahu berterima kasih

·   Orang yang Berlaku Jahat

·    Orang yang egois

 

Namun, tunggu sebentar.   Bukankah sebagai manusia yang tidak sempurna, seringkali kita juga berlaku seperti itu kepada Tuhan?

 

Perhatikan ini:

Tuhan tidak pernah menunggu kita sempurna dulu, baru kemudian mengasihi kita.

 

Sebab jika menunggu kita layak, sesungguhnya kita tidak pernah layak.

= Untuk datang mengasihi Tuhan? Kita tidak akan pernah layak!

= Untuk melayani Tuhan?  Kita tidak akan pernah layak!

 

Namun kasih-Nya Tuhan yang menerima kita sejak awal, itulah yang melayakkan kita.

 

 

Respons kita:

#1 Meneladani DIA

1 Yohanes 4:10-11

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.   Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

 

Pada hari ini: Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi gereja Tuhan dan sesama orang percaya itu kita bisa kelihatan.

 

Kasihilah gereja Tuhan dan sesama anak Tuhan, itulah cara kita meneladani Tuhan yang mengasihi kita





 


#2 Memberi yang Terbaik kepada DIA

Perhatikan ini dengan sungguh:

Tuhan bukannya tidak punya pilihan lain untuk kita yang berdosa. 

= Tuhan dapat memilih untuk membenci kita dan menghukum kita.

 

Tuhan sesungguhnya tidak pernah memiliki kewajiban atau keharusan untuk mengampuni dan mengasihi kita.

 

Namun, Tuhan tahu bahwa salib adalah pemberian yang terbaik yang dapat DIA berikan kepada kita, karena IA mengasihi kita dengan sungguh.

 

Melihat salib selalu dapat membuat kita sadar bahwa Allah tidak pernah sekedar memberi kepada kita pemberian yang biasa-biasa saja.  

 

 

 

Kalau Tuhan terus memberi kepada yang terbaik,
Bagaimana dengan pemberian kita sendiri kepada Tuhan?

 

Apakah kita juga sudah memberi yang terbaik kepada Tuhan?

(Waktu // Dana // Tenaga)

 

Ibadah Minggu?  Dengan berkorban atau sesempatnya?

Pelayanan? Dengan berkorban atau sesuai moodnya aja?

Persembahan? Dengan berkorban atau seadanya?

 

 

Setiap hari dalam hidup kita, sesungguhnya adalah Lebih mudah untuk:

·     Menyerah kepada ego kita.  Betul?

·     Menuntut dilayani daripada melayani sesama kita.  Betul?

·    Tetap membenci, daripada mengampuni.  Betul?

·   Mengandalkan manusia yang keliatan, daripada percaya Allah yang tidak keliatan.  Betul?

 

Tetapi kalau kita sungguh mau memberi hidup kita kepada Tuhan?

 

KALAU tanpa mau berkorban, kita tidak akan pernah bisa untuk memberi seluruh hidup kita kepada Tuhan.

 

Untuk menyenangkan DIA, memuliakan Tuhan setiap hari; semua ini hanya bisa kita lakukan kalau kita mau berkorban.

 

Berat ya?  Hidup harus berkorban?  Apakah betul berat?

 

Meski dunia terus memberi kita pengertian bahwa pengorbanan adalah sesuatu yang memberatkan atau bahkan merugikan kita.

 


Namun, ini kebenaran Tuhan buat kita:

Mengasihi sampai berkorban, sesungguhnya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang menjadi beban.

 

Kita malah akan merasa berbahagia dan bersukacita menjalaninya.

 

Sama seperti kasih orangtua kepada anak, wah banyak pengorbanan yang harus kita jalani dalam mengasihi anak kita. 

= Namun, bukankah kita tidak pernah merasa itu menjadi beban, malah merasa menjalani semuanya membahagiakan kita.

 

Demikian juga kasih Bapa kepada kita:

Pengorbanan demi pengorbanan, terutama puncaknya di salib, Tuhan jalani bagi kita.

 





 

Karena itu, sekali lagi, mari inilah respons kita:

 

+ Mari kita juga meneladani kasih Tuhan yang berkorban kepada kita,

= dengan mengasihi gereja Tuhan yang kelihatan,

= dengan mengasihi sesama anak Tuhan yang kelihatan,

 

+ dengan memberi yang terbaik kepada-Nya.

 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]