Karena Dia Hidup, Kita Berserah Penuh
(Naskah Khotbah dari Mazmur 31:6)
Image by Jeff Jacobs from Pixabay |
“Khotbah tentang Paskah”
PENDAHULUAN
Sadarkah kita bahwa Kekristenan menjadi besar, menjadi sesuatu
yang luar biasa berarti, bukan hanya karena Yesus lahir?
Tetapi, lebih lagi karena Yesus mati di kayu salib; dan bukan Cuma
DIA mati, kemudian IA bangkit dari antara orang mati. Dia
menjadi Allah yang hidup.
Kekristenan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan kita, karena Yesus HIDUP. Karena DIA HIDUP, DIA bangkit, maka Allah kita menjadi Allah yang sangat berbeda dengan allah-allah lain yang tempat lain tawarkan.
Karena DIA HIDUP, maka hidup kita menjadi berbeda.
Namun herannya seringkali kita merayakan Natal dengan begitu
meriah, namun kurang merayakan Paskah dengan cara yang setidaknya sama. Bahkan, saya pikir harusnya Paskah dirayakan lebih meriah dari
Natal.
Namun memang bukan
perayaannya yang penting. Yang lebih penting adalah sikap hati kita.
Dan saya berdoa untuk semua kita, memasuki bulan Paskah ini, biarlah hati kita merasakan nuansa yang berbeda.
Lebih dari bulan-bulan sebelumnya, mari kita
akan membawa kekaguman kita akan Yesus, Allah yang Hidup, setiap kali kita
datang beribadah atau setiap kali kita berdoa kepada-Nya - lebih banyak lagi dari
sebelum-sebelumnya. Amin?
KALIMAT PERALIHAN
Mazmur 31:6
Ke dalam
tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang
setia.
Jika
saudara ingat juga, kalimat ini adalah kalimat yang sama persis yang terakhir
Tuhan Yesus ucapkan, tepat sebelum IA mati di atas kayu salib (Lukas
23:46).
Apa
maksud Tuhan Yesus mengucapkan kalimat ini?
Apakah
hanya sebuah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Yesus tanpa sadar?
Apakah Yesus ngelantur karena sekarat?
Ataukah
Tuhan Yesus bermaksud mengajar kita suatu kebenaran penting tentang kehidupan
kita?
ISI
#1 Ajakan
untuk Berserah Penuh
Berserah tidak sama dengan menyerah.
Menyerah
itu berarti kita memang sudah tidak ada pilihan lain, kita terdesak, kita
tersudut, kita tidak bisa maju lagi, dan lalu kita menyerah.
Sementara
berserah adalah berarti walau kita masih bisa maju sendiri, walau kita masih
punya banyak pilihan lain, walau kita masih kuat, namun dengan sangat sadar
kita memilih untuk menyerahkan diri kita sendiri.
Tentu saja yang Yesus lakukan bagi
kita adalah IA berserah. Yesus berserah,
bukan menyerah.
Kebenarannya
adalah tidak ada seorangpun yang membuat IA tetap di
salib, kecuali Yesus sendiri.
+ Bukan pasukan yang menangkapnya yang membuat IA tetap
di salib, IA bisa dengan gampang melepaskan diri-Nya sendiri.
Ingat apa kata Yesus waktu peristiwa
penangkapan terjadi?
Matius
26:53
Kaukira Aku tidak dapat minta tolong
kepada Bapa-Ku, dan Ia dengan segera akan mengirim lebih dari dua belas pasukan
tentara malaikat?
+ Bukan
juga tali atau bahkan paku yang menusuk tangan dan kaki-Nya, yang membuat Yesus
tetap di salib.
IA
sanggup untuk membuat mukjizat dan pergi meninggalkan salib dengan cara yang
sangat luar biasa.
Tuhan kita tidak terdesak, IA tidak tersudut,
IA bukan tidak punya pilihan lain.
IA
memilih untuk menyerahkan diri, untuk kita.
Yang Tuhan serahkan adalah nyawa-Nya sendiri. Dan IA menyerahkannya kepada yang paling
berhak, yaitu Allah sendiri.
Tuhan Yesus ketika mengatakan kalimat ini, “Ke dalam tangan-Mu, Bapa, ku serahkan nyawaku”; Tuhan tidak sedang melantur! IA mengatakannya dengan sengaja untuk menjadi teladan kita.
Bahwa
harusnya kita pun menyerahkan nyawa kita, kehidupan kita, kepada DIA yang
berhak, yaitu Allah Bapa kita di surga.
Bahwa
harusnya kita hidup setiap hari bukan menyerah kepada Tuhan, karena memang
tidak ada pilihan lain. Bahwa harusnya
kita hidup dengan sadar memilih untuk berserah kepada Tuhan.
Dan
bukan sekedar berserah, bukan berserah yang asal-asalan, bukan berserah yang
setengah-setengah, melainkan dengan sadar memilih untuk menyerahkan nyawa kita,
artinya seluruh kehidupan kita. Itu
artinya berserah penuh.
Apakah kita sudah berserah penuh
kepada Tuhan? Dalam setiap aspek
kehidupan kita, seperti Daud, seperti Yesus?
Apa tandanya?
Tandanya
apakah kita sudah melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita?
Apakah
kita merasa Tuhan Yesus selalu bersama dengan kita, di toko? Di rumah? Di
sekolah? Di kampus? Di manapun?
Apakah
kita terus mengajak dan melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita?
Atau
ada tempat-tempat yang seakan-akan kita berkata, “Yesus, sori ni ya. I mau kesitu.
Kalau kesitu dak ngajak Tuhan ya”.
·
Yesus, sori ni
ya, mau ke diskotek, dak ngajak Yesus dulu.
· Sori ni ya, mau
ke ruang ujian, dak ngajak Yesus dulu. Mau nyontek soalnya.
·
Sori ni ya, mau
ke kehidupan malam, dak ngajak Yesus dulu.
·
Sori ni ya, mau
kerja, ke kantor, ngurus proyek, dak ngajak Yesus dulu.
Nah,
kalau mau ke gereja, ke komsel, ke CARE, baru ajak Yesus...
Masih
adakah tempat-tempat dalam kehidupan kita, yang kita tidak mau atau bahkan kita
tidak berani ajak Yesus ke sana?
Apakah
seperti Daud, seperti Yesus, apakah firman Tuhan terus menjadi pedoman dalam
hidup kita? Atau firman Tuhan hanya
berlaku di ruang ibadah saja? Bahkan
waktu Yesus mau mati pun, IA masih kutip firman Tuhan.
Bagaimana
kehidupan kerohanian kita? Masihkah kita
saat teduh? Masihkah kita ingat
berdoa? Masihkah kita ingat untuk makan
rohani juga, selain makan nasi, kwetiau, mi pangsit, dan lain sebagainya?
Apakah
kata-kata “dalam nama Yesus” hanya kita ucapkan di mulut, waktu mau tutup doa;
atau waktu mau usir setan, “dalam nama Yesus”?
Atau
segel dalam Nama Yesus, bukan Cuma ada di mulut, tetapi nampak dalam perbuatan
kita sehari-hari, setiap waktu, di manapun.
Semua
orang bisa melihat melihat dengan nyata, bahwa kita melakukan apapun dalam
kehidupan kita sesuai dengan nama Yesus yang sering kita puji dan sembah?
Iman
kita adalah iman yang sejati di saat kita belajar untuk berserah penuh. Iman
bukanlah iman saat itu hanya setengah-setengah.
Kita
harus mulai berhenti berkata, kalau ini Tuhan, saya bisa lakukan sendiri. Dak perlu doa, dak perlu bantuan Tuhan. Ini saya bisa lakukan sendiri, tanpa perlu
Tuhan.
Nah,
kalau sudah masuk kategori mustahil, butuh mukjizat, baru nih, Tuhan turun
tangan.
Tuhan
tidak mau kita hidup setengah-setengah seperti itu. Tuhan rindu kita berserah penuh kepada Tuhan,
dalam hal yang kita rasa kita mampu lakukan sendiri dan juga dalam hal yang
kita rasa tidak mampu lakukan sendiri.
Ilustrasi:
·
Buka toko setiap
hari minta berkat Tuhan, atau Cuma waktu kita rasa toko lagi sepi, baru doa minta
berkat Tuhan.
·
Doa waktu
ujiannya sulit, atau juga doa waktu ujiannya gampang?
·
Doa waktu kantong
kita tebal, atau hanya doa waktu kantong kita tipis?
Berserah
penuh artinya adalah mengandalkan Tuhan setiap waktu, dalam setiap kondisi,
entah itu baik atau kurang baik, dimanapun kita berada.
Bagaimana
dengan perpuluhan kita?
Perpuluhan
adalah tanda kita berserah kepada Tuhan.
Kita percaya bahwa bukan uang yang pelihara hidup kita, tetapi Tuhan
yang pelihara hidup kita. Perpuluhan
adalah ujian terkecil dari iman.
#2 Berserah
Penuh Membuat Kita:
Ada kebebasan yang kita dapat dari berserah penuh kepada Allah
yang setia. Kita bersyukur Tuhan kita
setia, Maka IA tidak akan melupakan janji-Nya kepada kita.
Semua janji Tuhan kepada kita dalam firman-Nya, pasti akan IA
tepati.
a. Bebas dari Maut
Yohanes
11:25-26
Jawab
Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya
kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal
ini?"
Hal inilah yang membedakan kita dengan sangat tajam, dengan sangat
tegas, dengan ajaran agama lain. Tuhan
kita bukan hanya mati, tetapi IA bangkit dari antara orang mati. Dan IA berjanji akan membangkitkan kita juga
nanti. Amin?
Kematian tidak lagi begitu menakutkan bagi kita. Karena kita diberikan secara Cuma-Cuma,
gratis, surga sebagai hadiah. Oleh
anugerah Tuhan. Bukan karena kita layak,
bukan karena kita hebat, tetapi karena anugerah Tuhan.
Justru, kalau kita tidak mau berserah penuh, mencoba untuk
mendapatkan surga berdasarkan perbuatan baik kita, berdasarkan amal ibadah
kita, berdasarkan puasa kita, maka yang ada maka kita pasti masuk neraka.
Tetapi, saat kita mau berserah penuh kepada Tuhan, malah surga
diberikan gratis bagi kita – karena anugerah Tuhan,
Berikan kemuliaan bagi Allah kita.
Yang kedua:
b. Bebas dari Kekuatiran
Why
worry?
Kenapa kuatir?
Ada
banyak orang yang karena terlalu kuatir, sampai tidak bisa tidur di malam
hari.
Ilustrasi:
Saya ingat, waktu saya pelayanan 2 bulan di Surabaya. Saya sampai tidak bisa tidur sampai 21 hari
penuh. Tanpa tidur sama sekali. Saya sudah lupa mengapa saya sampai separah
itu tidak bisa tidur sama sekali.
Dan waktu kita tidak bisa tidur, yang kasihan adalah terutama otak
kita. Otak kita menjadi berpikir terus,
sampai akhirnya pikirnya aneh-aneh.
Saking putus asanya saya, saya ingat, saya pergi naik sepeda, mau
beli obat tidur ke apotik, saya sudah sampai depan apotik, tetapi karena malu,
bolak balik di depan apotik, tidak berani masuk.
Dan karena kurang tidur, masih harus pelayanan, saya minum kopi
terus, dan akhirnya panas dalam parah, sampai lidah saya terbelah karena panas
dalam. Saya di antar pergi ke RS, dan susternya
saja waktu lihat lidah saya, ekspresinya kaget.
Dan disitulah saya, tidak bisa tidur, tidak bisa ngomong karena
lidah sakit, minum air sakit, makan nasi sakit.
Dan saya menjadi putus asa, sampai suatu malam, saya mendapati
firman Tuhan ini, yang sekarang menjadi salah satu ayat favorit saya. Yaitu di:
Mazmur 4:9
Dengan tenteram aku mau membaringkan diri,
lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam
dengan aman.
Saya kaget sekali dapat firman Tuhan ini. Dan juga merasa sangat malu, kenapa saya
tidak bisa tidur? Kenapa saya begitu
kuatir?
Saya berpikir tentang semua kebutuhan-kebutuhan, impian-impian di
masa depan yang membuat saya kuatir dan ingat juga firman Tuhan berkata:
Roma 8:32 BIS
Anak-Nya
sendiri tidak disayangkan-Nya, melainkan diserahkan-Nya untuk kepentingan kita
semua; masakan Ia tidak akan memberikan kepada kita segala sesuatu yang
lainnya?
Nyawapun
Tuhan berikan untuk kita. Apalagi semua kebutuhan kita, Tuhan pasti
berikan. Amin?
Dan malam
itu juga, saya bisa tidur dengan baik.
Tuhan kita
luar biasa. Haleluya?
Sebagai manusia, adalah normal, kita kuatir.
Tetapi kita tidak perlu kuatir terlalu banyak, kita bisa berhenti
kuatir terlalu banyak, saat kita mau berserah penuh kepada Tuhan. Mengandalkan Tuhan lebih dari otak kita,
lebih dari otot kita.
Mengandalkan Tuhan, walaupun kita bisa melakukan segala sesuatu
sendiri, kita tetap andalkan Tuhan, kita tetap berserah penuh. Kita tidak percaya isi dompet kita, kita
percaya kepada Tuhan yang kaya dan murah hati.
Tuhan kita tidak kaya dan pelit. IA kaya dan murah hati, dan saat kita
andalkan Tuhan, percaya kepada Tuhan, hidup dekat, akrab dengan Tuhan, maka
semua kebutuhan kita pasti disediakan oleh Tuhan.
Namun bersediakah kita mengandalkan Tuhan, berserah penuh, seperti
firman Tuhan berkata:
Matius 6:31-34
31 Sebab
itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang
akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua
itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di
sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu.
34 Sebab
itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Utamakan Tuhan, bukan diri kita sendiri. Andalkan Tuhan, bukan diri kita sendiri,
bukan manusia lain, maka semua yang lain, yang kita butuhkan, mengapa perlu
kuatir? Tuhan akan sediakan, Tuhan akan
tambahkan ke dalam kehidupan kita.
Marilah kita melakukan firman Tuhan, menjadi bukan Cuma berakar
dan bertumbuh, namun juga berbuah.. memberikan hasil, manfaat kepada orang
lain, untuk kemuliaan Tuhan.
Sudahkah saudara melayani?
Berbuah bagi Tuhan?
Sudahkah saudara mendukung pekerjaan Tuhan lebih banyak lagi di
gereja ini?
PENUTUP
Mari kita belajar hidup berserah penuh, sehingga kekuatiran
menjadi sangat sebentar lewat di pikiran kita.
Dan akhirnya, kita bisa tidur nyenyak setiap malam.
Ingatlah bahwa:
Iman bukanlah iman saat itu hanya
setengah-setengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar