Makna Natal dari Tangan Pertama
(Naskah Khotbah Natal)
“Khotbah tentang Makna Natal”
PENDAHULUAN
Hari Natal sudah tiba lagi. Sungguh ajaib terkadang jika kita
membayangkan betapa cepatnya waktu berjalan.
Rasanya seperti baru kemarin Natal tahun lalu. Rasanya baru seperti kemarin kita membuat
janji tahun baru.
BAAM!!!
Tiba-tiba kita sudah berada di Bulan Desember lagi. Tiba-tiba sudah hari Natal lagi.
Tetapi saya rasa kita semua menyukainya bukan? Saya rasa hampir kita semua akan setuju bahwa
bagi kita hari Natal adalah hari yang spesial.
Tatkala kita berada di malam Natal (Christmas Eve), rasanya dunia berubah
jadi berbeda. Menjadi begitu sejuk,
begitu nyaman, begitu enak. Semua orang
tersenyum manis di waktu Natal. Suasana
kota yang biasanya begitu sibuk dan acuh tak acuh, tiba-tiba terasa menjadi begitu ramah, begitu damai dan
terlihat melambat di malam Natal.
Begitu juga dengan pagi Natal. Kita bangun dengan begitu gembira sambil
menyadari dalam hati, “Ini hari Natal.”
Entah apa yang membuat kita menjadi begitu bahagia di hari Natal. Apakah karena ada kado Natal?
Mungkin tidak semua kita memiliki kado Natal setiap
tahun, jadi saya rasa bukan karena kadonya.
Karena apa lagi mungkin? Karena
hari natal libur? Saya rasa bukan juga
karena itu, karena di hari libur lainnya kita tidak merasa bahagia seperti ini. Jadi karena apa kita merasa begitu bahagia di
hari Natal?
Dan sebagian dari kita, mungkin ada juga yang saat ini
merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal, entah karena apapun.
Mungkin karena kita sedang sedih pada Natal tahun ini,
karena alasan yang hanya kita sendiri yang tahu. Mungkin kesedihan kita itu, membuat kita
tidak lagi dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal itu.
Atau mungkin saja anda tiba-tiba saja merasa
kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal.
Anda sendiri bingung mengapa hal ini terjadi. Tiba-tiba saja rasanya tahun ini, hari Natal
menjadi biasa saja. Dan, anda saat ini
begitu rindu untuk dapat merasakan kembali kedamaian dan kebahagian Natal.
KALIMAT PERALIHAN
Jadi, untuk kita yang merasakan kebahagiaan dan
kedamaian Natal, apakah anda benar-benar tahu mengapa anda berbahagia? Ataukah anda hanya berbahagia karena terikut
tanpa sengaja emosi semua orang lain yang bahagia di hari Natal?
Dan, untuk kita yang sedang merasakan kehilangan
kebahagiaan dan kedamaian Natal, serta begitu rindu untuk menemukannya kembali,
bagaimanakah caranya supaya kita dapat menemukan kembali kebahagiaan di hari
Natal?
Untuk semua itu, kita perlu untuk menemukan kembali
makna natal yang sejati.
Jadi, apakah makna Natal yang sebenarnya itu?
Apakah bukan suasananya yang romantis, yang
sejuk?
Ataukah bukan karena dekorasinya, musik Natal, pohon
natal, salju, dan sebagainya?
Ataukah bukan perasaan bahagia yang secara ajaib
tiba-tiba ada di dalam semua orang lain yang tiba-tiba juga penuh senyuman di
hari Natal?
ISI
Untuk mengerti makna Natal yang sejati, salah satu
caranya adalah dengan kembali kepada peristiwa Natal pertama.
Mari kita kembali mencari makna Natal dari tangan
pertama, dari orang-orang yang terlibat langsung dalam peristiwa itu.
Kita melihat kembali ke peristiwa Natal pertama yang
sudah lalu, dan bertanya kepada orang-orang yang ada dan terlibat dalam
peristiwa Natal pertama. Apakah makna
Natal bagi mereka?
#1 Makna Natal bagi Orang Majus: Pelajaran untuk Rendah Hati
Matius 2:1-2
Sesudah Yesus
dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah
orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah
Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya
di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
Siapakah orang Majus itu sebenarnya dan dari manakah
asal mereka?
Yang jelas, mereka bukanlah orang Yahudi (orang
Israel).
Oleh Matius, dikatakan bahwa mereka datangnya dari
daerah timur; yang kemungkinan besar adalah Arabia, Babel, Media, atau
Khaldea. Daerah yang cukup jauh dari
daerah Betlehem, di Israel.
Orang Majus dikatakan dapat memiliki fungsi sebagai
imam (agama non-Yahudi); dan selain itu mereka juga mempelajari astronomi, astrologi,
ilmu pengetahuan umum, dan juga seringkali ilmu-ilmu sihir.
Dalam pemerintahan, biasanya mereka memiliki posisi
yang cukup penting.
Jadi, orang-orang Majus ini bukanlah orang-orang
biasa, yang tidak memiliki kepintaran atau keahlian tertentu, dan bukan seorang
pengangguran. Mereka adalah orang-orang
terhormat di tempat asal mereka.
Begitu setelah orang-orang Majus ini mendapatkan tanda
dari bintang bahwa seorang Raja Yahudi telah dilahirkan, sesuai dengan nubuat
yang kemungkinan besar mereka pelajari dari buku-buku kitab suci orang Yahudi
mengenai pengharapan mereka akan kedatangan Mesias; orang-orang Majus ini pergi
mengikuti bintang itu, sampai jauh-jauh ke Yerusalem.
Dengan tujuan apa sampai mereka begitu antusias untuk
pergi sejauh itu?
Matius mencatat, mereka pergi untuk menyembah Dia,
Raja yang baru lahir itu.
Jadi, orang-orang Majus ini dengan sangat jelas
menyadari apa arti penting dari Raja yang baru lahir itu. Mereka dengan jelas mengetahui dan
mempercayai bahwa Dia adalah bukan sembarang raja. Bayi yang baru lahir ini adalah Raja dari
segala raja dan pemerintahannya berlaku atas seluruh alam semesta.
Mereka menyadari bahwa bayi yang baru lahir ini akan
memberi dampak kosmik yang luas. Oleh
karena itulah, mereka pergi untuk menyembah Dia.
Bagaimana dengan kita?
Apakah kelahiran bayi Tuhan Yesus memiliki arti yang
sangat penting bagi kita? Sehingga kita
rela untuk pergi begitu jauh untuk menyembah Dia?
Sehingga kita rela meninggalkan sementara kesibukan
kita yang lain dan pergi untuk menyembah Dia?
Apakah pergi ke gereja mencari Tuhan dan menyembah
Tuhan masih merupakan hanya sebuah pilihan di antara banyak pilihan bagi kita
di hari minggu pagi (sore), ataukah itu adalah satu-satunya pilihan?
Apakah menyembah Tuhan memiliki posisi penting di
dalam kehidupan kita sehingga kita rela meninggalkan sementara segala kesibukan
kita yang lain apabila waktu untuk menyembah Tuhan, waktu untuk beribadah,
waktu untuk melayani Tuhan datang?
Mari kita evaluasi diri kita kembali.
Bayangkan hal ini, saudara-saudara. Pergi ke tempat yang begitu jauh pada zaman
itu, tidak sama dengan di zaman sekarang yang sudah tersedia pesawat,
helikopter, atau setidaknya mobil. Belum
ada kendaraan pada waktu itu, kecuali unta atau kuda dengan kereta.
Pastilah mereka mendapati banyak tantangan dan
rintangan dalam perjalanan yang sejauh itu.
Bayangkan bahaya apa yang mengintai mereka sepanjang perjalanan mereka;
bisa apa saja: alam yang tidak bersahabat, penyakit, atau perampok.
Namun mereka pergi juga. Mereka tidak menyerah atau takut.
Setelah itu, apakah orang-orang Majus ini langsung
berhasil untuk mencapai tujuan perjalanan mereka? Apakah tidak mereka tersesat dan karena itu
mereka bertanya?
Hal yang baik adalah ketika mereka mencoba mencari
Raja yang baru lahir itu dan tidak menemukannya, mereka mau bertanya kepada
orang lain yang mereka anggap akan mengetahui jawabannya.
Oleh karena itulah mereka pergi ke istana di
Yerusalem, untuk bertanya kepada istana yang mungkin tahu dimanakah Raja yang
baru dilahirkan itu. Dan kemudian,
mereka mendapatkan jawabannya karena bertanya
kepada tempat dan orang yang tepat.
Lalu bagaimanakah dengan kita saat ini?
Apakah kita dengan aktif berusaha mencari Allah?
Dan di waktu-waktu di mana tatkala kita kesulitan
menemukan Allah, apakah kita mau berkonsultasi kepada orang-orang yang dapat
membantu kita untuk menemukan dengan Allah?
Apakah yang kita perlukan untuk dapat bertemu dengan
Allah?
Hanya satu hal saja, yakni kerendahan hati (Yakobus 4:6).
Sama seperti orang-orang Majus ini. Mereka menyingkirkan semua kehormatan,
kepandaian, dan kekuasaan yang mereka miliki.
Mereka menyadari bahwa siapakah mereka apabila berhadapan dengan Raja di
atas segala raja. Dan karena itulah,
mereka pergi untuk bertemu dengan Dia dan menyembah Dia.
Kalau kita bertanya kepada orang Majus, apakah makna Natal bagi mereka? Maka mereka akan menjawab, “Natal adalah saat untuk mulai belajar bersikap rendah hati”.
Oleh karena apa?
Oleh karena seharusnya kita malu di hadapan Allah
apabila kita mengingat bagaimana kita sering mengecewakan Dia dengan dosa-dosa
yang kita perbuat. Tetapi Ia, Allah yang
Maha Besar, Maha Kudus, dan Agung itu, rela turun ke dunia, menjadi seorang
bayi, yang lahir di kandang domba, hanya karena Ia mengasihi kita.
Hanya karena Ia ingin datang mendekat kepada
kita.
Dengan semua ini, tidakkah kita dapat untuk belajar
bersikap rendah hati di hadapan Allah?
Natal adalah saat di mana kita bisa mulai belajar
untuk kembali bersikap rendah hati di hadapan Allah.
Siapapun kita, sehebat atau sepandai apapun kita,
lepaskan itu semua di hadapan Allah.
Mari kita bersikap rendah hati di hadapan Allah dan menyembah Dia dalam
seluruh kehidupan kita.
#2 Makna Natal bagi Para Gembala: Alasan untuk Memuji Allah
Lukas 2:20
Maka kembalilah gembala-gembala itu
sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan
mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Pernahkah anda membayangkan bagaimana kira-kira
terjadinya peristiwa itu, waktu para gembala mendapatkan berita sukacita
mengenai kelahiran Kristus?
Waktu itu malam hari, dan para gembala sedang menjaga
kawan ternak mereka. Mungkin juga di antara
para gembala itu ada yang sudah tertidur lelap.
Namun tiba-tiba tampaklah malaikat Tuhan yang membuat
mereka begitu terkejut dan ketakutan, sambil mereka diliputi oleh sinar
kemuliaan Tuhan yang bersinar begitu terang.
Malaikat itu berkata kepada mereka agar mereka tidak
menjadi takut karena bukan berita bencana yang akan mereka dengar, melainkan
berita sukacita mengenai kelahiran Kristus.
Para gembala yang hanya bisa terdiam itu, tiba-tiba
juga mendengarkan sejumlah malaikat yang tiba-tiba menampakkan diri dan
kemudian memuji Allah, mungkin merupakan paduan suara yang terindah yang pernah
ada di bumi.
Respons mereka setelah mendengarkan berita sukacita
ini adalah mereka pergi untuk memastikan kebenaran dari berita. Mereka pergi ke Betlehem dan menemukan Maria,
Yusuf, dan Anak itu, semuanya sesuai dengan apa yang telah diberitakan kepada
mereka oleh malaikat Tuhan.
Kemudian respons mereka selanjutnya, setelah bertemu dengan Anak itu dan
menyaksikan bahwa berita sukacita yang mereka dengarkan adalah benar, adalah
mereka memuji dan memuliakan Allah.
Mengapakah mereka memuji Allah? Karena mereka mengerti bahwa kehadiran Anak
itu ke dalam dunia adalah suatu yang menakjubkan, suatu bukti tanda kasih Allah
kepada manusia yang sangat besar.
Hanya Allah kita yang mau dan mampu untuk datang
mendekat kepada kita. Sementara agama
lain mengajarkan bahwa kita harus mendekati Allah, dan untuk mendekati allah,
mereka harus berupaya dengan keras, harus berpuasa, harus berdoa semalam
suntuk; tetapi agama lain tidak pernah mengajarkan bahwa allah mereka mau untuk
berinisiatif mendekati mereka.
Hanya Allah kita, Tuhan Yesus Kristus, yang bersedia
untuk datang mendekati manusia.
Mengapa? Karena
Allah tahu, jika dekat kepada Allah bergantung kepada usaha manusia, kita semua
tidak ada yang akan berhasil mendekati Allah.
Kita hanya bisa mendekati Allah kalau Allah yang mendekat kepada
kita.
Itu sesuai dengan janji-Nya. Membuat para gembala akhirnya menjadi lebih mengimani sekarang bahwa Allah
adalah Allah yang akan selalu menepati janji-Nya.
Lalu, bagaimanakah dengan kita pada saat ini?
Apakah selama ini kita hanya mendengarkan tentang
Kristus dari orang lain, namun tidak pernah pergi untuk mencari Allah dan bertemu
dengan Dia secara pribadi?
Alamilah Tuhan.
Alamilah secara pribadi kasih dan penyertaan-Nya yang dalam hidup
anda. Jangan hanya mendengarkan tentang
Allah dari orang lain. Dan setelah kita
bertemu dengan Allah secara pribadi dan dapat mengimani kebenaran-Nya,
percayalah akan kasih-Nya yang besar itu.
Jika Dia adalah Allah yang sangat perduli kepada kita,
sampai-sampai Ia sendiri rela turun datang ke dunia, datang mendekat kepada
kita, maka Allah tentunya akan juga perduli dengan seluruh permasalahan yang
kita hadapi saat ini. Ia adalah Allah
yang tidak akan tinggal diam, berpangku tangan, tatkala kita berdoa meminta
pertolongan kepada Dia.
Kemudian, respons apakah yang kita lakukan jika kita telah
bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan mengalami kasih-Nya secara
pribadi?
Seperti para gembala itu, mari kita memuji dan
memuliakan Allah dalam seluruh kehidupan kita.
Biarlah seluruh sikap hidup, perbuatan, dan perkataan kita dapat terus
menjadi pujian bagi Allah.
Karena kita hidup hanya berdasarkan kasih karunia-Nya. Makna Natal yang sejati adalah suatu alasan
untuk kita memuji dan memuliakan Allah, karena Natal adalah suatu bukti kasih
Allah kepada kita.
#3 Makna Natal bagi Maria, Ibu Yesus:
Pelajaran tentang Ketaatan dan Iman
Lukas 1:38
Kata Maria:
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Maria adalah orang pertama di bumi yang mengetahui
akan adanya hari Natal.
Pada waktu Elisabeth, sanak Maria, telah mengandung
Yohanes Pembaptis selama 6 bulan, seorang malaikat Tuhan datang kepada Maria
dan menyatakan berita sukacita itu kepadanya.
Bahwa dia akan mengandung seorang anak, walaupun dia belum menikah.
Bayangkan betapa terkejutnya Maria ketika mendengar
berita itu, dan apa saja yang ia pikirkan ketika mendengar hal itu. Tidakkah ia akan ketakutan dan penuh rasa
kuatir?
Pertama, karena tiba-tiba didatangi oleh seorang
malaikat, dan kemudian karena mendengar bahwa dia akan mengandung tanpa
suami. Apa yang akan terjadi kalau
masyarakat tahu bahwa dia telah mengandung sebelum ia bersuami? Hal itu berarti hukuman mati, dirajam dengan
batu.
Atau bahkan lagi, apa yang akan terjadi kalau sampai
keluarganya atau lebih lagi Yusuf, calon suaminya, tahu? Bayangkan jika hal ini terjadi pada
anda. Tidakkah anda juga akan menjadi
takut dan kuatir?
Namun, ketakutan dan kekuatiran Maria itu kemudian
segera berganti menjadi sukacita yang besar.
Ketika ia diberitahu bahwa ia akan mengandung Anak Allah, ia dapat
menjadi tenang. Karena apa? Karena Maria beriman kepada Allah.
Jika ini adalah kehendak Tuhan, rencana Tuhan, maka
pasti Allah akan menolong dia untuk menjawab semua kekuatirannya itu. Allah tidak akan lepas tangan. Tatkala hal itu adalah rencana Allah, maka
pasti Allah akan mengurus segalanya, termasuk bagaimana caranya memberikan
penjelasan kepada Yusuf.
Maria beriman kepada Allah, dan karena itulah Ia dapat
taat kepada Allah.
Saudara-saudara, tatkala Tuhan memberikan kepada kita
suatu tanggung jawab atau suatu permasalahan hidup, mari kita juga belajar dari
Maria. Percayalah bahwa semuanya ada
dalam rencana Allah.
Dan tatkala kita dengan setia taat kepada Allah dan
berjalan dalam rencana-Nya, maka Ia akan mengurus segalanya. Kita tidak perlu terlalu kuatir.
Kita tidak perlu takut. Kita tidak akan dicobai sampai melebihi dari
kekuatan kita (I Korintus 10:13).
Segala perkara akan dapat ditanggung oleh kita karena
Ia akan memberikan kekuatan yang kita perlukan (Filipi 4:13).
Yang kita perlukan hanyalah satu hal saja, yakni
ketaatan kepada-Nya.
Mari kita belajar berkata seperti Maria, “Tuhan, aku
ini hamba-Mu. Jadilah sesuai dengan
kehendak-Mu.”
PENUTUP
Inilah makna Natal yang sejati, yang dapat kita
temukan dari tangan pertama. Biarlah
makna-makna Natal ini dapat kembali menyegarkan kita, dan membuat kita, yang
merasa kehilangan kebahagiaan dan kedamaian Natal, kembali dapat merasakan
kebahagiaan dan kedamaian Natal.
Biarlah keajaiban Natal, membuat kita bersukacita
karena melihat kebaikan dan kebesaran Allah yang tampak dalam kasih-Nya di
dalam peristiwa Natal.
Biarlah makna-makna Natal dari tangan pertama ini juga
membuat kita, yang tidak tahu mengapa kita berbahagia di hari Natal, dapat
merasakan dan mengalami sendiri kebahagiaan dan kebahagiaan Natal.
Sehingga kita bahagia di hari Natal karena mengerti
makna Natal yang sejati dan bukan karena kita terpengaruh atmosfer Natal atau
karena sukacita orang lain.
Jadikanlah makna Natal itu merupakan pengalaman
pribadi kita bersama Allah, maka kita akan mengerti makna-makna Natal itu,
merasakan kebahagiaan dan kedamaian Natal, serta membuat kita dapat semakin
dekat dengan Allah. Amin
--------------------------------------------
Baca Juga: Kumpulan Naskah Khotbah Kristen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar