Pemulihan Rohani Pribadi dan Rumah Tuhan
(Refleksi dari Nehemia 10:1-39)
Rumah Tuhan & Kerohanian Kita |
“Renungan Kristen tentang Kebangunan Rohani”
-------------------------------------------
Dalam refleksi sebelumnya kita sudah membahas mengenai “Kebangunan Rohani Sejati”.
Kita telah menyadari bahwa kebangunan rohani bukanlah sekedar berarti
ibadah dengan banyak orang yang hadir.
Tidak juga sekedar bertujuan untuk membuat orang terkagum-kagum dengan
kuasa Allah.
Kebangunan rohani sejati selalu terjadi karena firman Tuhan yang membawa
manusia kepada pertobatan hidup. Pertobatan
yang membuat pemulihan rohani akan terus terjadi.
Dalam Nehemia 10 dijelaskan secara terus terang bahwa ada kaitan tidak terpisahkan antara pemulihan rohani seseorang dan hubungan orang tersebut dengan Rumah Tuhan.
# Tidak Membiarkan Rumah Allah
Di dalam ayat 39, ada sebuah kalimat pernyataan yang sangat menarik untuk kita simak, yaitu “Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami”.
Sepanjang sejarah ketidak-setiaan orang-orang Israel kepada firman
Tuhan, seiring dengan mereka tidak mau mematuhi perintah Tuhan, selalu pada
akhirnya mereka tidak lagi mengindahkan Rumah Allah atau Bait Suci.
Saat-saat dimana orang-orang Israel memilih untuk berbuat dosa, tidak lagi
mau mendengar dan mematuhi perintah Tuhan; selalu menjadi masa-masa di mana Bait
Suci tidak lagi diperhatikan.
- Suara imam tidak lagi mereka dengar, atau imamnya juga ikut berbuat dosa.
- Persembahan tidak lagi dibawa ke rumah Allah. Atau persembahan tidak lagi diberikan yang terbaik.
- Firman Tuhan tidak lagi dibacakan, diberitakan, didengarkan, apalagi dilakukan.
Nehemia dan para rakyat kembali membuat perjanjian tertulis untuk
teguh memegang dan melakukan firman Tuhan, kemudian menyadari kebenaran ini: Betapa mereka keliru karena rumah Allah sudah
mereka “biarkan”. Mereka berdosa karena tidak
mau perduli dengan rumah Allah.
Ketika mereka mengalami kebangunan rohani, menerima pemulihan rohani,
mereka menyadari kesalahan mereka.
Mereka sadar bahwa Rumah Allah seharusnya tidak boleh dibiarkan.
Pemulihan rohani seharusnya selalu membawa orang-orang kembali kepada rumah Allah. Mendekati rumah Allah, dan bukan malah menjauhinya.
Maka, tidaklah benar apabila ada pernyataan “Saya cinta Tuhan, tetapi
benci gereja”.
Atau, “saya orang Kristen, tetapi tanpa gereja”.
Pemulihan rohani yang membuat kita mencintai Tuhan dengan sungguh akan
membawa kita juga kepada tubuh-Nya Tuhan, yaitu gereja.
# Melakukan Perintah Tuhan mengenai Rumah-Nya
Orang-orang Kristen yang sungguh mengalami pemulihan rohani akan sangat
rindu untuk melakukan semua perintah-perintah Tuhan.
Seharusnya juga termasuk, perintah-perintah Tuhan yang harus dilakukan setiap
orang percaya kepada rumah-Nya.
Inilah yang dilakukan orang-orang Israel setelah mengalami kebangunan
rohani sejati, mereka berjanji dan bertekad tidak akan lagi “membiarkan” Bait Allah.
- Mereka kembali setia mengenai aturan mengkhususkan hari sabat (ay. 31).
- Mereka kembali setia mengenai aturan memberi persembahan kepada rumah Allah (ay. 32-37).
Ini seharusnya tidak pernah menjadi persoalan bagi orang-orang percaya, selain melihatnya sebagai persoalan mematuhi perintah Tuhan.
Namun tentu, saya pribadi percaya bahwa gereja pada masa kini wajib
mengelola semua persembahan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang
baik. Dan adalah hak jemaat untuk mengawasinya.
Pada era media sosial ini bagaimana kesalahan pengelolaan gereja untuk
kepentingan pribadi sangat gampang tersebar, namun adalah tidak benar apabila
kita menganggap semua gereja itu sama saja.
Saya percaya masih lebih banyak gereja yang setia kepada Tuhan dalam hal
pengelolaan keuangan.
Kecurigaan kita boleh saja menjadi alasan untuk kita mengawasi, tetapi tidak boleh menjadi alasan untuk kita tidak menaati perintah-perintah Tuhan mengenai pemberiaan-pemberian kita kepada rumah Allah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar