Wacana Saja Tidak Cukup
(Refleksi Kristen dari Nehemia 2:11-20)
"Renungan Kristen tentang Langkah Kepemimpinan"
Adalah penting untuk tidak tergesa-gesa ketika kita bekerja.
Meskipun kita merasa seperti Nehemia bahwa kita memiliki “rencana yang
diberikan Allah dalam hati” kita (Ay. 12). Namun rencana itu baru hanya ada di
dalam hati kita. Untuk mengeluarkannya dari hati dan mensharingkannya dengan
baik dibutuhkan strategi, bukan sekedar merasa menerima “otoritas ilahi”.
Sesungguhnya “otoritas ilahi” saja tidak cukup, jika tanpa strategi dan tentu
saja karakter yang baik. Celakanya banyak hamba Tuhan merasa memiliki “otoritas
ilahi” dengan berkata “Tuhan berkata kepada saya” dan sejenisnya, namun tidak
memiliki karakter yang penting – seperti terutama kerendahan hati.
# Wacana Bukan untuk Disebar
Saya selalu merasa wacana tidak sama dengan ide kerja. Untuk membuat
wacana menjadi ide kerja yang sungguh bisa direalisasikan membutuhkan persiapan
yang baik.
Gambarannya seperti ingin membangun rumah itu hanyalah wacana. Hanya berubah
menjadi ide kerja yang real ketika keinginan tersebut dituangkan di dalam
gambar arsitektur atau setidaknya mulai tertuang hitung-hitungannya di atas
kertas.
Salah satu kendala personal yang muncul untuk mengubah wacana menjadi ide kerja yang baik adalah pengendalian diri kita sendiri.
Malas untuk mendalami terlebih dahulu wacana dan
menuangkannya di dalam kertas kerja yang detail. Akibatnya banyak pemimpin
terlalu tergesa-gesa untuk menyebarkan wacana kepada para pengikutnya.
Namun hasilnya tidak terlalu mendapat respons yang baik pada akhirnya.
Mungkin inilah salah satu alasan kalau kita sebagai pemimpin suka mendapat
kritik “hanya suka ngomong saja” tanpa tindakan nyata. Karena kita terlalu
cepat suka menyebar wacana. Padahal wacana bukan untuk disebarkan.
# Mengubah Wacana menjadi Ide Kerja
Saya kagum dengan Nehemia yang membiarkan apa yang di dalam hatinya
tetap tersimpan di dalam hatinya lebih dahulu (ay. 16). Ia tidak tergesa-gesa
menyebarkan wacana, memberitahukan rencana-rencananya sampai ia sendiri telah
mengujinya secara pribadi.
Nehemia secara pribadi terlebih dahulu dikatakan 2x “menyelidiki dengan
seksama” (ay. 12, 13) sebelum ia akan menjelaskan rencana yang ia sudah susun
di dalam istana kepada para penduduk Yerusalem yang tersisa. Karena Nehemia
sadar betul bahwa rencana yang ia susun di dalam istana, perlu diuji dulu
ketika di lapangan.
Apakah planning yang sudah dibuat sungguh bisa dikerjakan?
Apakah persiapan yang sudah dibuat sungguh cukup?
Apakah ada perubahan yang perlu dilakukan?
Planning memang seringkali harus dievaluasi mendetail dengan turun sendiri melihat kondisi lapangan.
Dengan demikian Nehemia berhasil menyusun ide kerja real, yang mencakup: Apa,
Alasan, dan Persiapan.
Apa yang akan dikerjakan? Membangun kembali tembok Yerusalem.
Alasan kita harus mengerjakannya? Supaya kita tidak dicela.
Persiapan yang sudah dilakukan? Mendapatkan restu dan dukungan
raja.
Dan itu semua tidak hanya bicara soal hal rohani. Tetapi juga hal
strategis.
Melangkah dengan iman tentu selalu benar. Tetapi di samping iman, Tuhan juga
memberikan hikmat kepada kita. Oleh karena itu, kita perlu menyusun
langkah-langkah iman itu dengan hikmat yang Tuhan sudah beri juga kepada kita.
Refeksi dari kitab Nehemia lainnya temukan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar