Awal & Akhir yang Sempurna
(Refleksi Kristen dari Nehemia 1:1-11)
"Renungan Kristen tentang anugerah dan kasih setia Tuhan"
Setiap kita yang percaya Tuhan itu ada, pasti merasa takut dengan datangnya hukuman dari Tuhan. Seringkali manusia menjadi menebak-nebak apakah sebuah situasi yang terjadi adalah akibat murka Tuhan dan penghukuman yang datang dari-Nya.
Seperti contohnya ketika terjadi
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, atau pandemi virus, dan sebagainya;
terkadang kita merasa bahwa ini adalah hukuman Tuhan yang sudah datang.
Benarkah demikian? Apa dan bagaimana respons kita?
Saat penulis membaca perlahan dari Nehemia 1, ternyata Tuhan selalu memiliki
awal dan akhir yang “sempurna“ ketika Ia menghukum. Ini adalah sebuah berita
gembira bagi kita, anak-anak Tuhan, bahwa Tuhan ternyata tidak pernah menghukum
tanpa peringatan sebelumnya di awal. Juga, hukuman Tuhan tidak pernah berakhir
hanya di hukuman-Nya.
# Selalu Ada Peringatan Lebih Dahulu
Penyesalan memang seringkali datang
terlambat. Namun sama seperti orang Israel pada masa itu, khususnya Nehemia
dalam kisah ini, DIA menyadari bahwa semua hukuman Tuhan ini harusnya bisa
dihindari. Kalau saja mereka mendengarkan dan mewaspadai peringatan Tuhan dari
awal.
Nehemia menyadari (ayat 8) bahwa Tuhan sudah memperingatkan dari awalnya, bahwa
kalau mereka tidak menaati perintah dan ketetapan Tuhan serta terus setia
kepada-Nya maka Tuhan akan menghukum mereka dengan mencerai-beraikan mereka di
antara bangsa-bangsa. Peringatan Tuhan selalu diberikan di awal, namun mereka
tidak menghiraukannya.
Demikian juga dalam kehidupan kita. Saat kita sedang merasa secara pribadi
mengalami penghukuman Tuhan, kita selalu terlambat menyadari bahwa sebenarnya
Tuhan sudah banyak kali memperingatkan kembali dari awal bahwa apa yang kita
lakukan adalah dosa dan dapat memiliki konsekuensi.
Barulah saat kita tampak seperti merasa dihukum Tuhan, kita baru sadar bahwa
sebenarnya Tuhan sudah memperingatkan kita, mungkan banyak kali, sebelum
hukuman benar-benar terjadi.
# Respons Kita di Tengah Penghukuman
Nehemia dapat menjadi teladan kita
yang baik mengenai apa respons kita setelah sadar bahwa kita di hukum Tuhan.
Setelah kita menyesal tidak mendengarkan peringatan di awal, lalu apa respons
kita yang tepat?
Yang pertama, tentu mengaku kita telah berdosa. Pengakuan yang patut adalah
bersifat pribadi, selain bersifat komunal. Seperti yang Nehemia katakan dalam
ayat 6, “aku dan kaum keluargaku berbuat dosa”.
Padahal Nehemia hidup dengan baik di dalam istana raja sebagai juru minuman
raja. Meskipun ia tidak berada di Yerusalem yang sedang mengalami kekacauan dan
penderitaan, Nehemia tetap mengakui bahwa dia turut berdosa.
Ini bukan sebuah pengakuan dosa, namun menunjuk orang lain. Bukan hanya
menyesali penghukuman yang sudah datang, dan menyalahkan orang-orang lain,
serta kita sendiri hanyalah korban.
Bukan demikian pengakuan yang layak, yang Tuhan rindukan keluar dari kita.
Bagaimanapun, Tuhan menciptakan
kita sebagai manusia sosial, yang punya tanggung jawab satu sama lain – selain
punya tanggung jawab atas kehidupan pribadi masing-masing.
Dalam banyak kasus di zaman modern, kesalahan kita adalah “kita diam saja”,
padahal kita bersuara kepada sesama kita. Mungkin bersifat perlawanan, atau
setidaknya menyatakan kesalahan. Tetapi kesalahan terbesar kita adalah bisa
karena kita diam saja, membiarkan apa yang terjadi terjadilah, dan sibuk dengan
kehidupan kita sendiri.
Berikutnya, tentu kita memohon pengampunan Tuhan dengan tulus. Memohon
kesempatan lagi untuk memperbaikinya. Karena pengakuan dosa yang benar adalah
bukan sekedar mengaku dengan mulut, tetapi harus direspons dengan tindakan untuk
mengubah apa yang salah.
# Selalu Ada Kesempatan Pemulihan
Tuhan tidak pernah murka secara
emosi, lalu meninggalkan kita begitu saja. Tuhan selalu memberikan peringatan
lebih dulu, lalu kemudian konsisten menghukum, dan diakhir dengan memberikan pemulihan
saat kita bertobat.
Ayat 9 hendaklah memberikan kita pengharapan bahwa selalu ada kesempatan untuk
memperbaiki, pemulihan total selalu dapat terjadi. Tuhan kita tidak menghukum
dengan ganas-Nya, lalu membuang kita sama sekali. Walau disiplin-Nya selalu
konsisten, namun kasih setia-Nya juga tidak pernah berubah.
Sementara ayat 11 memberikan kepada kita teladan Nehemia bahwa pemulihan dapat
terjadi bukan karena kehebatan kita, tetapi karena penyertaan dan anugerah dari
Tuhan.
Setelah semua hal buruk terjadi, mari kita melangkah kembali. Memulai pemulihan
dari apapun yang ada di tangan kita. Namun terus menyadari bahwa memang kita
akan berhasil mengalami pemulihan, tetapi bukan karena kekuatan kehebatan
tangan kita sendiri. Melainkan karena belas kasihan, pertolongan, dan
penyertaan Tuhan.
Kesadaran ini penting untuk memastikan keberhasilan pemulihan kita, dan juga
menjaga kita untuk tidak jatuh kembali.
PENUTUP
Akan baik sekali jika sadar bahwa peringatan Tuhan selalu datang lebih dulu
dan kita mendengarkan peringatan itu dari awalnya. Namun jika kita pada
akhirnya tidak menyadari peringatan bertubi-tubi di awal itu, jangan stop hanya
menyesal di sana.
Mari kita merespons dengan patut dan layak di dalam penghukuman. Tidak
menyalahkan orang lain, namun mengakui secara pribadi. Ikut bertanggung jawab
secara pribadi.
Karena respons seperti itulah yang akan membuat kita mendapatkan akhir yang
sempurna, yaitu pemulihan total dari Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar