Musuh, Teman, dan Di Antara Keduanya
(Refleksi Kristen dari Nehemia 6:1-19)
“Renungan Kristen tentang Hubungan”
---------------------------------
Bagaimana kita bisa membedakan siapakah teman kita?
Dalam relasi kita sehari-hari, seringkali kita menemukan cerita atau
mengalami sendiri bagaimana sakitnya dikhianati oleh seorang teman.
Kita bisa jadi tidak pernah menyangka bahwa seseorang yang sudah bersama kita
sejak lama, bisa tiba-tiba menjadi orang yang menusuk kita dari belakang. Atau
sekedar mengambil keuntungan secara diam-diam dari kita.
Atau dalam kasus Nehemia, orang-orang terdekat kita sekedar diutus menjadi
perantara oleh para musuhnya. Musuh-musuh Nehemia tahu bahwa perkataan mereka
tidak akan dengan dipercaya oleh Nehemia, dan sebagai strategi untuk
mencelakakan Nehemia mereka menggunakan perantara.
Bagaimana cara Nehemia mengatasi musuh-musuhnya?
Bagaimana Nehemia bisa membedakan siapakah teman yang baik dan yang bukan?
#1 Tidak Perlu Berhubungan Langsung
Ketika Sanbalat dan Tobi
dan Gesyem, serta musuh-musuh lain, mencari-cari masalah dengan cara mengutus
orang untuk menyampaikan pesan kepada Nehemia; Nehemia tahu bahwa mereka
memiliki niat buruk (ay. 2).
Tetapi Nehemia tidak terpancing dan dengan cerdik bisa mengatasi niat buruk
mereka juga dengan yang cara sama seperti para musuhnya itu, yaitu menjawab
mereka juga melalui utusan.
Prinsipnya tentu kita tidak membuat musuh dan tidak mencari musuh. Tetapi
seringkali musuh itu datang sendiri. Akan ada yang tampaknya secara otomatis
tidak menyukai kita.
(*Baca juga: Haters akan Selalu Ada)
Dan saat dia mencoba mencari-cari masalah dengan kita, kita tidak perlu untuk
berhubungan dengan mereka secara langsung. Bahkan seringkali kita tidak perlu
merespons.
Namun kalau orang-orang tersebut terus-terusan mengganggu kita, adalah bodoh
untuk merespons mereka secara langsung. Itulah yang mereka inginkan.
Cara terbaik untuk mengatasi mereka adalah untuk tidak perlu berhubungan dengan
mereka, apalagi secara langsung. Tidak perlu emosional. Biarkan saja mereka mengganggu.
Dan jika menyerang melalui orang lain, kita sampaikan saja pesan balasan juga
juga melalui orang lain.
#2 Tidak Perlu Merespons Gosip
Saat kita sedang berusaha produktif dan mencari solusi, ada saja orang yang akan berusaha memecahkan konsentrasi kita dengan hal-hal yang tidak penting. Salah satunya adalah gosip.
Begitu banyak orang terlalu eksplosif merespons gosip. Terus-terusan menjelasan seringkali tidak ada gunanya. Yang ada malah kita semakin terpancing untuk berbuat dosa.
Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Seperti Nehemia, teruslah fokuslah pada visi dan pekerjaan (ay. 9). Tunjukkan bukti dengan karya, bukan dengan ucapan.
Kita dapat mempunyai iman
yang sama seperti Nehemia, bahwa Tuhan yang akan membela kita dan menunjukkan
kebenaran (ay. 16). Tuhan tidak akan berdiam diri melihat anaknya diperlakukan
semena-mena.
Orang yang bergosip senang apabila gosip mereka direspons dengan seru. Jangan beri kesenangan itu kepada mereka.
Kalau bagi mereka itu sangat penting, kita tunjukkan bahwa bagi kita itu hanya “isapan jempolmu belaka” = sama sekali tidak penting.
#3
Membedakan Teman
Lalu, bagaimana caranya kita membedakan teman yang benar atau yang bukan?
Ada kata-kata bijak:
Seorang teman yang suka mengarahkan kita kepada masalah adalah bukan teman.
Seorang teman yang baik adalah teman yang akan terus mengarahkan kita kepada keamanan dan kedamaian.
Adalah BUKAN TEMAN kalau ia dengan sengaja mau mencelakakan kita.
Adalah BUKAN TEMAN kalau ia memberikan kita nasihat atau ajakan untuk melakukan hal yang salah.
Adalah BUKAN TEMAN kalau ia terus menjadi provokator atau penghasut keributan, suka memecah belah (ay. 17-19).
Yang pasti: seorang penjilat adalah BUKAN TEMAN yang baik.
---------------------------
Refleksi sebelumnya dari Nehemia 5:14-19, temukan di sini.
Refleksi kristen lainnya, ada di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar