Memimpin untuk Melayani
(Refleksi Kristen dari Nehemia 5:14-19)
"Photo by Lukas from Pexels" |
“Renungan Kristen tentang Tujuan Kepemimpinan”
----------------------------------------Jika saat ini kita terpikir untuk
mau menjadi seorang pemimpin, pernahkah kita berpikir untuk apa
tujuannya?
Popularitas?
Kekuasaan?
Dua hal ini tidak selalu jelek, bahkan dapat menjadi kebaikan, apabila kita
memakainya untuk tujuan kepemimpinan yang benar.
Sebelum lebih jauh, saya ingin kita tidak berpikir tentang kepemimpinan hanya di soal politik atau agama saja.
Suami adalah kepala keluarga = pemimpin untuk keluarganya.
Istri sendiri juga adalah pemimpin untuk anak-anaknya selagi muda.
Kalau kita bekerja atau berusaha, pasti lah ada orang-orang di bawah kita yang perlu kita pimpin.
Saat kita melayani di gereja, pasti ada orang yang perlu kita pimpin.
LALU KETIKA MEMIMPIN, APA TUJUAN KITA?
#1 UNTUK MEMBERI, BUKAN MENDAPAT
Memilih pemimpin janganlah sampai tertipu karena janji-janji manisnya, tetapi harus kita lihat bagaimana hidupnya selama ini. Apakah selama ini ia hidup untuk memberi, atau untuk mendapat?
Di dalam kepemimpinan Nehemia untuk membangun tembok Yerusalem,
bahkan selama 12 tahun ia memerintah sebagai Bupati Yudea, Nehemia tidak pernah
mengambil gaji yang sebenarnya merupakan haknya (ay. 14).
Nehemia merupakan seorang petinggi di pemerintahan Raja
Artahsasta, orang kepercayaan raja, tentu ia memilik gaji yang lumayan. Ia
memiliki cukup kekayaan. Ia tidak merasa perlu mendapatkan lebih banyak, karena
Nehemia memiliki rasa cukup dan rasa syukur.
Di tambah lagi, Nehemia memiliki
rasa tahu diri. Meskipun ia “BERHAK” mendapatkan gaji sebagai Bupati, namun
ketika ia melihat bahwa rakyat yang ia pimpin sudah sangat berbebani oleh
pekerjaan membangun tembok; Nehemia tahu diri bahwa ia tidak lagi boleh
menambah beban orang-orang yang ia pimpin.
Seringkali ketika memimpin dengan visi, kita begitu terobsesi dengan visi
harus menjadi kenyataan; tanpa sadar kita bisa menekan orang-orang yang kita
pimpin – termasuk dengan beban atau pekerjaan yang kita sebenarnya bisa
kerjakan sendiri.
Sebagai pemimpin, penting untuk kita perlu memiliki ini – RASA TAHU DIRI.
Meskipun itu adalah hak kita.
Meskipun pemimpin-pemimpin sebelum
kita biasa saja melakukannya (ay. 15).
Tetapi pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau
memberi, bukan untuk mendapat.
Saat kita tidak membebani mereka lebih banyak, kita sudah MEMBERI mereka
kelegaan.
Saat Nehemia memberi kepada tim kerjanya makanan dan minuman melimpah (ay. 18),
bukan sekedar itu yang ia beri. Yang Nehemia beri adalah rasa kebersamaan dan
kesehatian.
Sudahkah kita sebagai pemimpin,
baik di rumah / di gereja / di kantor melakukannya?
= Memberi kelegaan dengan tidak
menuntut beban berlebihan?
= Memberi rasa kebersamaan dan kesehatian?
#2 UNTUK MENGANGKAT, BUKAN MENGINJAK
Tujuan kita memberi kepada orang-orang yang kita pimpin tentu adalah BUKAN untuk memanjakan mereka.
Tujuan kita memberi adalah agar orang-orang yang kita pimpin bisa terangkat level kehidupannya menjadi lebih baik.
Tujuan kita memberi agar mereka bisa merasa sebagai manusia, bukan aset perusahaan, atau bukan anak buah yang bisa diperas sehabis-habisnya.
Jangan malah sebaliknya!
Untuk merasa jadi pemimpin, TIDAK PERLU kita harus merasa kita di atas, dan
berusaha merendahkan para pengikut kita.
Atau karena memang mereka “bawahan” kita, akibatnya kita merasa perlu
menginjak-injak mereka.
Kita bisa merasa “di atas” mereka, saat kita bersedia memberi kepada
mereka.
Saat kita bisa “mengangkat” mereka, itu artinya kita sudah di atas
mereka.
Sebagai contoh:
GEMBALA SENIOR tidak perlu merasa tersaingi oleh kehadiran hamba
Tuhan muda yang berbakat; melainkan memimpin mereka untuk memastikan mereka
memiliki, selain bakat, karakter yang baik. Memastikan bahwa pekerjaan mereka
dihargai dan dipublikasikan.
= Memastikan bahwa PENERUS kita harus lebih hebat dari kita sendiri.
BOS ATAU MANAGER tidak perlu mengambil penghargaan atas apa yang
sudah dikerjakan dengan baik oleh bawahan mereka. Melainkan malah memberi
penghargaan lebih atas prestasi yang sudah dikerjakan oleh mereka sebagai tim
di bawah kita.
SUAMI tidak perlu bertindak dengan kekerasan kepada istri supaya
mereka menurut. Melainkan dengan memenuhi kebutuhan mereka.
ORANGTUA tidak perlu harus selalu memukul anak-anak dengan rotan
agar mereka bisa menurut. Melainkan dengan waktu bersama yang cukup. Dan saya
selalu berkata, “Tidak ada quality time tanpa quantity time yang cukup”.
Jika demikian, lalu apa yang kita dapat sebagai pemimpin?
Kepuasaan sejati karena memberi pengaruh positif dalam kehidupan orang
lain.
Apakah kita akan merugi karena memimpin untuk melayani?
Tuhan juga tidak pernah akan membuat kita merugi. Saat kita membantu orang
yang lemah, di katakan bahwa kita “memiutangi Tuhan” (Amsal 19:17). Tuhan akan
selalu membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Refleksi
sebelumnya dari Nehemia 5:1-18, baca di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar