Pelajaran dari Penghukuman Tuhan
(Naskah Khotbah Kristen dari Keluaran 7:14-25)
PENDAHULUAN
Apakah anda tahu berapakah lamanya seorang manusia dapat
tetap bertahan hidup walaupun ia tidak makan sesuatu apapun dan hanya dengan
minum air?
Berapakah lama seorang manusia dapat berhidup hidup tanpa
meminum air sama sekali?
Ternyata seorang manusia dapat bertahan hidup tanpa makan (dan
dengan hanya minum air) selama kurang lebih satu bulan.
= Tetapi tanpa minum air, manusia
hanya dapat bertahan hidup selama kurang dari tiga hari.
Misalkan saja, kalau saat ini
saudara-saudara mau dihukum oleh Tuhan selama tujuh hari; dan Tuhan memberikan
kepada saudara-saudara dua pilihan hukuman: menarik semua makanan yang anda
miliki atau menarik semua air minum yang anda miliki; manakah hukuman yang anda
akan pilih?
Saya percaya pasti kita
akan memilih dan memohon agar Tuhan menarik makanan yang kita miliki saja,
tetapi jangan menarik air minum yang kita miliki.
KALIMAT PERALIHAN
Karena jika Tuhan sampai menghukum kita
dengan menarik air minum yang kita miliki, maka pasti Tuhan sedang benar-benar
serius dengan maksud dan tujuan-Nya.
Di dalam Alkitab, apa Tuhan pernah menghukum manusia dengan membuat air mereka menjadi tidak bisa di minum? Mari kita membaca Keluaran 7:14-25.
14 Berfirmanlah TUHAN
kepada Musa: "Firaun berkeras hati, ia menolak membiarkan bangsa itu
pergi.
15 Pergilah kepada
Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai; nantikanlah
dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat yang tadinya berubah
menjadi ular.
16 Dan katakanlah
kepadanya: TUHAN, Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk
mengatakan: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di
padang gurun; meskipun begitu sampai sekarang engkau tidak mau mendengarkan.
17 Sebab itu beginilah
firman TUHAN: Dari hal yang berikut akan kauketahui, bahwa Akulah TUHAN. Lihat,
dengan tongkat yang di tanganku ini akan kupukul air yang di sungai Nil dan air
itu akan berubah menjadi darah,
18 dan ikan yang dalam
sungai Nil akan mati, sehingga sungai Nil akan berbau busuk; maka orang Mesir
akan segan meminum air dari sungai Nil ini."
19 TUHAN berfirman
kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ambillah tongkatmu, ulurkanlah
tanganmu ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke
atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah,
dan akan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah
batu."
20 Demikianlah Musa dan
Harun berbuat seperti yang difirmankan TUHAN; diangkatnya tongkat itu dan
dipukulkannya kepada air yang di sungai Nil, di depan mata Firaun dan
pegawai-pegawainya, maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah;
21 matilah ikan di
sungai Nil, sehingga sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat
meminum air dari sungai Nil; dan di seluruh tanah Mesir ada darah.
22 Tetapi para ahli
Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati
Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang
telah difirmankan TUHAN.
23 Firaun berpaling,
lalu masuk ke istananya dan tidak mau memperhatikan hal itu juga.
24 Tetapi semua orang
Mesir menggali-gali di sekitar sungai Nil mencari air untuk diminum, sebab
mereka tidak dapat meminum air sungai Nil.
25 Demikianlah genap
tujuh hari berlalu setelah TUHAN menulahi sungai Nil.
ISI
Dalam setiap
penghukuman dari Tuhan, selalu ada unsur pengajarannya. Ketika Tuhan
menghukum kita, selalu ada sesuatu yang ingin Tuhan ajarkan kepada kita.
Mari kita melihat
bersama, dalam penghukuman Tuhan kepada Bangsa Mesir ini melalui tulah pertama
ini, pengajaran apakah yang Tuhan ingin berikan kepada kita.
#1 Jangan Mendewakan Apa yang Sebenarnya Hanya Menjadi Saluran Berkat Allah
Sungai Nil dipercaya
oleh orang Mesir membawa berkat bagi kehidupan mereka. Oleh karena
keberadaan Sungai Nil lah, maka Mesir dapat menjadi suatu negeri yang
pertaniannya amat subur dan menjadi kerajaan yang berkembang dengan
pesat.
Berhubungan dengan
fakta bahwa dalam setahun hujan hampir tidak terjadi di Mesir, maka Sungai Nil
juga menjadi hampir satu-satunya sumber air minum bagi orang
Mesir. Dengan alasan-alasan inilah, orang-orang Mesir sangat
mendewakan Sungai Nil.
Sungai Nil dipercaya
dikuasai oleh seorang dewa bernama dewa Hapi. Hal inilah yang
menjadi alasan dari tindakan Firaun yang biasa datang ke Sungai Nil pada pagi
hari, yaitu untuk memberikan persembahan atau sesajen kepada
dewa sungai Nil untuk memohonkan berkat.
Tuhan menggunakan
moment di mana Firaun pada pagi hari datang ke tepi Sungai Nil untuk
mempersembahkan persembahan kepada dewa Sungai Nil, untuk menjelaskan kepada
orang Mesir bahwa mereka telah salah mengerti. Sungai Nil hanyalah
merupakan salah satu alat penyalur berkat Tuhan bagi orang Mesir, dan bukan
tuhan itu sendiri.
Yang harus disembah,
dihormati, dan ditakuti adalah Allah yang memberikan berkat-Nya melalui Sungai
Nil, dan bukan sungai Nil itu sendiri yang dijadikan sebagai dewa.
Kesuburan Mesir akibat
adanya Sungai Nil telah membuat orang Mesir, khususnya Firaun, merasa aman dan
tidak merasa perlu takut akan Allah orang Ibrani, serta tidak perlu mengakui
keberadaan dari Allah orang Ibrani.
Akhirnya, Allah
memberikan hukuman dan pengajaran-Nya kepada orang Mesir dengan mengubah air
Sungai Nil menjadi darah, untuk menunjukkan siapakah yang menjadi Allah
sebenarnya, siapakah yang berkuasa atas Sungai Nil, dan siapakah yang
sebenarnya memberikan berkat kesuburan kepada orang Mesir melalui Sungai Nil.
Pengajaran dari
penghukuman Tuhan melalui tulah pertama kepada orang Mesir ini juga seharusnya
menjadi pelajaran bagi kita.
= Kita tidak seharusnya terlena dengan berkat-berkat yang
Tuhan berikan kepada kita, dan malah “mendewakan” apa yang hanya adalah saluran
berkat Tuhan.
Akan sangat gampang
bagi kita melupakan sang pemberi berkat, yaitu Tuhan itu sendiri, dengan
terlalu terlena dengan berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita dan membuat
kita menjadi tanpa sadar “mendewakan” apa yang hanya adalah saluran berkat
Tuhan tersebut.
Apa contohnya?
Mungkin orangtua kita
lah yang selama ini menjadi saluran berkat Tuhan bagi kita. Mungkin
orang tua kita diberkati dengan perekonomian yang cukup. Tentu saja
berkat Tuhan boleh kita nikmati, tetapi jangan sampai hal itu membuat kita
melupakan Tuhan. Kita menjadi terlalu bergantung kepada orang tua
kita akan pemenuhan kebutuhan hidup kita, dan bukan kepada Tuhan yang merupakan
pribadi sebenarnya yang mencukupkan kebutuhan hidup kita sehari-hari.
Dan perlu kita ingat
bahwa berkat Tuhan itu tidak selalu berupa materi atau uang, tetapi dapat juga
berupa kesehatan, pendidikan, kasih sayang dari seseorang, pekerjaan, dan lain
sebagainya.
Waspadalah jangan
sampai penyalur dari berkat-berkat Tuhan tersebut menjadi kita “dewakan”;
membuat kita menjadi lupa sumber dari berkat-berkat tersebut, sang pemberi-Nya
yang sejati.
#2 Hukum Tabur Tuai: Suatu dosa harus dibayar, tidak pernah lewat begitu saja
Melakukan dosa itu, hampir sama seperti berbelanja dengan
kartu kredit. Anda melakukan dosa sekarang, menikmati kepuasaan atau
kesenangan dari hal itu sekarang, tetapi pada waktunya kita harus membayar
perbuatan dosa kita tersebut. Ingatlah bahwa suatu perbuatan dosa
tidak pernah gratis, tetapi harus dibayar.
Suatu perbuatan dosa
yang kita lakukan dengan sengaja, yang kita lakukan tanpa pernah mengaku dosa
kita tersebut dan meminta pengampunan kepada Tuhan, tidak pernah akan lewat
begitu saja dan dianggap lunas.
= Kecuali kita mau mengaku dosa kita tersebut dan meminta
pengampunan kepada Tuhan, suatu saat kita akan ditagih untuk perbuatan dosa
yang kita pernah lakukan. Ini adalah prinsip atau hukum tabur tuai
yang diajarkan oleh Alkitab.
Mari kita melihat
sebentar Galatia 6:7:
Jangan sesat! Allah
tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga
yang akan dituainya.
Lalu, mungkin saudara-saudara berpikir sekarang, apa hubungannya dengan peristiwa tulah pertama?
Tulah pertama yang
diberikan Tuhan sebagai hukuman kepada orang Mesir adalah salah satu contoh
dari pelaksanaan hukum tabur-tuai dalam Alkitab. Ingatkah
saudara-saudara bahwa orang-orang Mesir sendiri pernah mencemari Sungai Nil
dengan darah orang yang tidak bersalah? yaitu tepatnya dengan darah bayi?
Dalam Keluaran pasal 1
diceritakan bahwa orang-orang Mesir pernah mencemari Sungai Nil dengan darah,
dengan membunuh bayi laki-laki orang Ibrani, dengan cara melemparkan bayi
laki-laki oang Ibrani ke dalam Sungai Nil. Perbuatan keji dan
berdosa ini dilakukan oleh seluruh rakyat Mesir atas perintah dari Firaun, maka
hukuman dari tindakan mereka ini juga ditanggung oleh semua rakyat.
Perbuatan dosa
orang-orang Mesir membunuh anak-anak laki-laki dari orang Ibrani, yang
dilakukan mereka kira-kira lebih dari 50 tahun yang lalu, tetap diperhitungkan
Tuhan dan tidak dianggap lunas atau lewat begitu saja.
Dengan demikian, mari
kita mengingat hal ini sekali lagi dengan sungguh-sungguh.
Berbuat dosa sama seperti berbelanja dengan kartu kredit:
anda lakukan sekarang, nikmati sekarang dengan kepuasaan dan kesenangan, tetapi
nanti pada waktunya anda harus membayar.
Jangan pernah
menganggap bahwa perbuatan dosa kita akan dianggap oleh Tuhan lewat begitu saja
atau lunas begitu saja. Kita harus mempertanggung-jawabkan setiap
perbuatan kita kepada Allah, baik atau buruk. Selama masih ada
kesempatan, bertobatlah. Akuilah dosa kita di hadapan Tuhan dan
mintalah pengampunan dari Tuhan. Maka, Ia yang adalah Allah yang
setia dan adil, akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita.
PENUTUP
Seperti yang firman
Tuhan katakan dalam Mazmur 94:12: “Berbahagialah orang yang dihajar dan diajar Tuhan.”
Jadi, kalaupun kita
saat ini merasa sedang dalam penghukuman Tuhan, bersyukurlah. Karena
itu berarti Tuhan masih menyayangi kita dan mau agar kita berbalik kepada-Nya.
Ingatlah bahwa setiap
penghukuman dari Tuhan kepada kita selalu akan memberikan suatu pengajaran
kepada kita, dan setiap hal yang Tuhan lakukan kepada kita, anak-anak-Nya,
selalu memiliki maksud baik.
Terakhir, mengapa
Firaun tidak mengerti apa yang baru saja kita pelajari? Hal itu
terjadi karena Firaun tertipu oleh dunia.
Dunia dapat menipu kita
dengan mengatakan bahwa kita tidak memerlukan Allah, bahwa dunia tampaknya dapat
memberikan apa yang saudara-saudara butuhkan.
Tetapi, yang dunia
berikan hanya bersifat sementara dan biasanya akan semakin merusak kita
sendiri.
Belajarlah dari
kesalahan Firaun. Ketika ia melihat bahwa ahli-ahli sihirnya dapat
melakukan hal yang sama, ia menjadi tertipu dan merasa bahwa ia tidak perlu
takut akan Allah.
Sayangnya Firaun tidak
menyadari bahwa ahli-ahli sihirnya tidak dapat mengubah kembali air yang telah
menjadi darah itu kembali menjadi air.
Baca juga: Dampak Gereja Sangat Ingin Membuka Kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar